RadarRakyat.Info- Penurunan daya beli masyarakat tidak langsung berkorelasi dengan penurunan perekonomian bangsa, dan banyak faktor yang mempengaruhi perhitungan daya beli masyarakat. Sekalipun pola konsumsi masyarakat mengalami pergeseran menjadi transaksi non konvensional dan masyarakat cenderung menyimpan dananya di bank.
Namun demikian, tidak ada kejadian luar biasa yang menyebabkan daya beli masyarakat secara keseluruhan tiba-tiba merosot.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan upaya pemerintah dalam memperbaiki daya beli masyarakat yakni melalui penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat. Namun, distribusi bantuan tersebut memiliki kendala tersendiri, mulai dari keterlambatan penyaluran hingga tidak tepat sasaran.
Terkait transaksi non konvensional yang tidak tertangkap oleh statistik, Bambang merasa khawatir hal tersebut tidak menggambarkan secara jelas pola konsumsi masyarakat. Persoalan ini menjadi perhatian pemerintah untuk segera diselesaikan.
“Terus terang ini masih misteri,” katanya, Jumat (4/8/17).
Meski demikian, ekonomi Indonesia secara umum masih berada dalam posisi yang sehat disusul pertumbuhan nilai pajak pertambahan nilai yang cukup signifikan. Hal ini juga dibuktikan dengan data BPS bahwa konsumsi rumah tangga masih tumbuh sebesar 4,95 persen.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan riil konsumsi masyarakat (private consumption) mencapai rata-rata 5 persen. Pertumbuhan nominal konsumsi masyarakat pada triwulan I-2017 masih 8,6 persen.
Jadi, baik secara nominal maupun riil, konsumsi masyarakat masih naik. Memang benar kenaikan konsumsi masyarakat sedikit melambat menjadi di bawah 5 persen atau persisnya 4,93 persen pada triwulan I-2017, tetapi jauh dari merosot atau turun sebagaimana banyak diberitakan belakangan ini.
Selain itu, kinerja emiten ritel sepanjang semester I 2017 rata-rata masih positif, baik dari segi pendapatan maupun laba bersih. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2017 mencapai 5,01% (yoy).
Sementara Analis Mirae Asset Sekuritas, Christine Natasya menilai, daya beli masyarakat masih tumbuh dan tidak turun seperti opini yang berkembang belakangan ini. Namun, memang terjadi perubahan pola konsumsi dari konvensional menjadi digital.
“Daya beli itu tidak turun, buktinya emiten ritel ada pertumbuhan. Sebenarnya orang tetap belanja tapi memang tidak ke toko, mereka belanja melalui toko daring,” ungkapnya.(Bdk)
Namun demikian, tidak ada kejadian luar biasa yang menyebabkan daya beli masyarakat secara keseluruhan tiba-tiba merosot.
Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas, Bambang Brodjonegoro, mengatakan upaya pemerintah dalam memperbaiki daya beli masyarakat yakni melalui penyaluran bantuan sosial kepada masyarakat. Namun, distribusi bantuan tersebut memiliki kendala tersendiri, mulai dari keterlambatan penyaluran hingga tidak tepat sasaran.
Terkait transaksi non konvensional yang tidak tertangkap oleh statistik, Bambang merasa khawatir hal tersebut tidak menggambarkan secara jelas pola konsumsi masyarakat. Persoalan ini menjadi perhatian pemerintah untuk segera diselesaikan.
“Terus terang ini masih misteri,” katanya, Jumat (4/8/17).
Meski demikian, ekonomi Indonesia secara umum masih berada dalam posisi yang sehat disusul pertumbuhan nilai pajak pertambahan nilai yang cukup signifikan. Hal ini juga dibuktikan dengan data BPS bahwa konsumsi rumah tangga masih tumbuh sebesar 4,95 persen.
Dalam lima tahun terakhir, pertumbuhan riil konsumsi masyarakat (private consumption) mencapai rata-rata 5 persen. Pertumbuhan nominal konsumsi masyarakat pada triwulan I-2017 masih 8,6 persen.
Jadi, baik secara nominal maupun riil, konsumsi masyarakat masih naik. Memang benar kenaikan konsumsi masyarakat sedikit melambat menjadi di bawah 5 persen atau persisnya 4,93 persen pada triwulan I-2017, tetapi jauh dari merosot atau turun sebagaimana banyak diberitakan belakangan ini.
Selain itu, kinerja emiten ritel sepanjang semester I 2017 rata-rata masih positif, baik dari segi pendapatan maupun laba bersih. Sedangkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal II/2017 mencapai 5,01% (yoy).
Sementara Analis Mirae Asset Sekuritas, Christine Natasya menilai, daya beli masyarakat masih tumbuh dan tidak turun seperti opini yang berkembang belakangan ini. Namun, memang terjadi perubahan pola konsumsi dari konvensional menjadi digital.
“Daya beli itu tidak turun, buktinya emiten ritel ada pertumbuhan. Sebenarnya orang tetap belanja tapi memang tidak ke toko, mereka belanja melalui toko daring,” ungkapnya.(Bdk)
0 Response to "Bappenas Anggap Turunnya Daya Beli Masyarakat Masih Misteri"
Posting Komentar