RadarRakyat.Info-Syekh Yusri menjelaskan diantara tanda pemikiran fitnah akhir zaman ini adalah “والدا النبي كفروهما”, yaitu “orang tua Nabi Muhammad, mereka kafirkan”. Mereka menuduh orang tua Nabi sebagai orang yang menyekutukan Allah Ta’ala berdasarkan pemahaman mereka terhadap dua hadits dengan hati yang sakit. Hati yang memandang Nabi SAW sebagai manusia biasa, yang tidak memiliki kemuliaan disisi Sang PenciptaNya.
Sebagaimana
mereka selalu mengatakan Nabi Muhammad adalah manusia biasa, berdalilkan ayat
yang hanya diambil separuhnya, yaitu ayat “..قُلْ إِنَّمَا أَنَا بَشَرٌ مِثْلُكُمْ yang artinya “ katakanlah wahai
Muhammad bahwa sesungguhnya saya adalah manusia (biasa) seperti kalian “, dan
melupakan lanjutan ayat tersebut yang merupakan keistimewaan dari seorang Nabi,
yaitu “يُوحَى إِلَيَّ” yang artinya “ yang telah
diwahyukan kepadaku “(QS. Fushilat :6).
Mereka menuduh
Ibu Nabi yang bernama sayidah Aminah dengan tuduhan yang tidak pantas
dituduhkan kepada ibu dari orang yang wajib kita cintai lebih dari diri kita
sendiri, dimana cinta kepadanya merupakan tanda keimanan kita. Nabi SAW
bersabda “لاَ
يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ” yang artinya “ tidaklah kalian
dikatakan beriman, hingga kalian lebih mencintai diri saya daripada orang tua
dan anak-anak kalian “(HR. Bukhari ).
Mereka
memahami hadits Nabi Muhammad yang diriwayatkan Imam Muslim RA, Nabi bersabda:
“اسْتَأْذَنْتُ رَبِّى أَنْ أَسْتَغْفِرَ لأُمِّى فَلَمْ يَأْذَنْ لِى وَاسْتَأْذَنْتُهُ أَنْ أَزُورَ قَبْرَهَا فَأَذِنَ لِى”
Artinya:
“Saya meminta izin kepada Allah untuk memintakan ampunan untuk ibuku kemudian
Allah tidak mengizinkanku. Dan saya meminta izin kepadaNya untuk menziarahi
makamnya (Ibu Nabi) lalu Allah mengiziku “(HR. Muslim).
Mereka
menganggap larangan meminta ampunan ini adalah karena Ibunda Nabi adalah
termasuk orang yang tidak mengesakan Allah, dan Nabi dilarang untuk meminta
ampunan untuk orang kafir.
Entah
bagaimana mereka memahami hadits ini hingga berujung kesimpulan yang sangat
fatal. Mereka mengambil alasan larangan istighfar ini dari mafhum yang sangat
jauh, dan bertentangan dengan sharih nash Al Qur’an. Allah berfirman:
“وَمَا كُنَّا مُعَذِّبِينَ حَتَّى نَبْعَثَ رَسُولا”
Artinya:
“Dan tidaklah sekali-kali kami menyiksa (seseorang) hingga kami kirimkan Rasul
(untuknya)”(QS. Al Isra :15).
Ulama sudah
mufakat bahwasanya ahlu fatrah adalah termasuk orang yang selamat, sebagaimana
mereka mufakat bahwa Ibunda Nabi adalah termasuk diantaranya.
Kita ketahui
bersama di dalam ilmu hadits bahwasanya ketika ada hadits shahih yang
bertentangan dengan dalil yang lebih kuat darinya atau bertentangan dengan
realita, maka hadist ini hukumnya adalah syadz, meskipun ada di dalam kitab
Bukhari Muslim.
Hadits ini
adalah shahih akan tetapi bertentangan dengan AlQuran, sehingga dihukumi syadz.
Ditambahkan lagi, bahwa pada hadits ini Nabi diberikan izin untuk menziarahi
Ibundanya, lantas apakah Allah mengizini Nabinya untuk menziarahi seorang yang
musyrik?!.
Kira-kira
doa apakah yang Nabi panjatkan kepada Allah untuk Ibunya ketika beliau
berziarah?! Allah Maha Tahu doa yang telah dipanjatkan dari seroang anak untuk
seorang ibunda tercintanya.
Maka alasan
yang paling tepat mengapa Allah tidak mengizini Nabi untuk memintakan ampun
kepada Allah untuk ibundanya adalah karena istighfar itu tidak ada perlunya,
karena ibunda Nabi adalah termasuk ahli fatrah.
Ini adalah
pemahaman yang sesuai dengan qarinah (tanda-tanda) yang ada pada hadits
tersebut dan tidak bertentangan dengan Al qur’an. Kemudian mereka juga
mengatakan bahwa ayahanda Nabi Muhammad SAW yang bernama Abdullah adalah di
neraka. Mereka mengambil dalil dari hadits yang diriwayatkan oleh imam Muslim:
“أَنَّ رَجُلاً قَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيْنَ أَبِى قَالَ فِى النَّارِ فَلَمَّا قَفَّى دَعَاهُ فَقَالَ إِنَّ أَبِى وَأَبَاكَ فِى النَّارِ”
Artinya:
“Sesungguhnya ada seorang sahabat bertanya “wahai Rasulallah dimanakah bapak
saya? Nabi menjawab di neraka. Ketika dia pergi kemudian Nabi memanggilnya dan
berkata “ sesungguhnya abi (pamanku) dan ayahmu di neraka “(HR. Muslim).
Nabi ingin
mengurangi kesedihan sahabat tersebut dengan menyebutkan pamannya juga tidak
beriman sehingga masuk neraka seperti ayah dari sahabat yang bertanya tersebut.
Karena sebagaimana dalam adatnya, apabila musibah itu tidak hanya menimpa
dirinya sendiri, akan tetapi menimpa juga orang lain, maka musibah ini akan
terasa ringan.
Sebagaimana
dikatakan “البلوى إذا عمت خفت“ artinya “ ketika musibah itu
menimpa orang banyak (tidak hanya sendiri yang terkena musibah) maka menjadi
ringan “.
Ini adalah
makna yang tepat, karena sesuai dengan nash Al Qur’an bahwasanya paman Nabi Saw
yaitu Abu Lahab adalah orang kafir yang memusuhi Nabi dan masuk neraka.
Sebagaimana
dalam bahasa arab kata “أب “ itu disebutkan untuk ayah kandung dan juga paman. Yaitu
merupakan lafadz yang musytarak ( satu lafadz yang memiliki beberapa arti ).
Berbeda dengan kata “ والد” dimana artinya adalah ayah kandung.
Ditambahkan
lagi bahwasanya Abdullah adalah termasuk golongan ahli fatrah yang menurut
mufakat ulama mereka adalah orang yang selamat.
Tidak ada
dalil lain yang mereka pakai didalam menisbatkan kemusyrikan terhadap ayah dan
ibunda Nabi SAW selain dua hadits yang sudah kita bantah ini. Nabi adalah
merupakan rahmat Allah bagi seluruh alam, apakah mustahil untuk menjadi rahmat
bagi ayah dan ibundanya?!.
Nabi adalah
pemegang kunci surga, bukankah beliau lebih berhak untuk memasukkan kedua orang
tuanya ke dalam sorga?!. Jikalau Nabi mengatakan bahwa sorga itu ada ditelapak
kaki ibu, bukankah Ibu Nabi itu lebih berhak untuk masuk sorga karena sudah
dinash menjadi ahli sorga sebagai ahli fatrahnya?!.
Jikalau Abu
Lahab saja yang jelas-jelas musyrik dan memusuhi Nabi SAW mendapatkan
syafa’atnya di neraka nanti dengan air susu yang keluar dari jarinya pada
setiap hari senin hanya karena gembira atas kelahiranya, lalu bagaimana dengan
kedua orang tuanya yang jelas-jelas tidak menyekutukan Allah dan telah
mengandungnya serta orang yang paling bahagia ketika Nabi terlahir di dunia?!.
Bukankah
mereka yang lebih pantas mendapatkan syafa’atnya?!. Bukankah Nabi adalah orang
yang paling berbakti kepada kedua orang tuanya diantara kita semua?!. Apakah
mustahil bagi Allah untuk memberikan kegembiraan kepada orang yang paling
dikasihi diantara pada makhlukNya dengan mengizinkan kedua orang tuan Nabi
untuk masuk sorgaNya?!.
Apakah
mereka tahu bahwa tidak ada seorangpun yang bisa masuk sorga hanya karena amal
ibadahnya, akan tetapi karena rahmat Allah Ta’ala?!, Lantas siapakah rahmat
Allah itu?!. Rahmat Allah itu adalah Nabi kita Muhammad SAW, beliau bersabda:
“إِنَمَا أَنَا رَحْمَةٌ مُهْدَاةٌ “
Artinya:
“Sesungguhnya saya Allah rahmat yang dihadiahkan (oleh Allah untuk
makhlukNya”(HR. Hakim).
Dan apakah
mereka tahu jika Allah tidak akan pernah ditanya “ mengapa” oleh makhlukNya
atas apa yang dikehendakiNya?! “لا يُسْأَلُ عَمَّا يَفْعَلُ وَهُمْ يُسْأَلُونَ “ ,“Allah tidak ditanya terhadap apa
yang dikerjakanNya, dan merekalah (makhluk) yang akan ditanya “(Al Anbiya:23).
Allahu A’lam. (akt)
0 Response to "Syekh Yusri: Fitnah Akhir Zaman"
Posting Komentar