Ini Mengapa Elektabilitas Jokowi Mampu Ungguli Prabowo |
RadarRakyat.Info- Mewujudkan Indonesia yang adil dan merata terus diupayakan pemerintahan Presiden Joko Widodo. Berbagai langkah Jokowi dalam menggenjot infrastruktur agar terkoneksi antar daerah diharapkan mampu meningkatkan pereknomian secara nasional.
Langkah itu pun terus berlanjut, bahkan Jokowi telah menyiapkan prioritas untuk pembangunan pada 2018. Prioritas ini meliputi pembangunan perumahan dan pemukiman, infrastruktur dan konektivitas, pangan hingga pengembangan dunia usaha dan pariwisata.
Untuk mencapai hal tersebut pemerintahan Jokowi berkomitmen meningkatkan pembangunan infrastruktur penunjang ekonomi dari pinggiran dengan tetap berpegang pada pemerataan pembangunan.
Dibeberapa daerah bahkan sudah mulai merasakan manfaat dari hasil pembangunan itu.
Selama 72 tahun Indonesia merdeka pada akhirnya masyarakat Papua dapat menikmati hasil pembangunan daerah. Pencapaian tersebut merupakan buah konsistensi pemerintahan Jokowi-JK melalui kebijakan Nawacita untuk mewujudkan Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Melihat progres dan kemajuan pembangunan di era Jokowi, Lembaga Survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) menyatakan adanya peningkatan signifikan terkait elektabilitas Joko Widodo mencapai 38,9 persen, sedangkan elektabilitas Prabowo Subianto berada pada angka 12 persen.
Survei tersebut dilakukan 3-10 September 2017 yang menyasar pada WNI yang punya hak pilih dalam pemilihan umum, yakni mereka yang sudah berumur 17 tahun atau lebih, atau sudah menikah ketika survei dilakukan. Populasi ini dipilih secara multistage random sampling sebanyak 1.220 responden.
Adapun response rate (responden yang dapat diwawancarai secara valid) sebesar 1057 atau 87 persen. Sebanyak 1.057 responden ini yang dianalisis. Margin of error rata-rata dari survei dengan ukuran sampel tersebut sebesar kurang lebih 3,1 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen dengan asumsi simple random sampling.
Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan mengatakan, nama-nama selain Jokowi dan Prabowo di bawah 2 persen, seperti Susilo Bambang Yudhoyono, Anies Baswedan, Basuki Tjahaja Purnama, hingga Jusuf Kalla.
Akan tetapi jika hanya ada dua nama calon presiden, Jokowi dan Prabowo Subianto, maka Jokowi akan meraih 57 persen suara jika pemilihannya dilakukan sekarang atau September 2017. Dukungan ini naik dari 53,7 persen pada Mei 2017.
Sementara dukungan pada Prabowo cenderung turun dari 37,2 persen pada Mei 2017 menjadi 31,8 persen pada September 2017.
“Dalam tiga tahun terakhir, bagaimanapun simulasinya, elektabilitas Jokowi cenderung naik, dan belum ada penantang cukup berarti selain Prabowo. Prabowo pun cenderung tidak mengalami kemajuan.” ungkapnya dikantornya, Kamis (5/10/17).
Sementara itu, untuk dukungan terhadap partai politik PDIP, berdasarkan survei SMRC cenderung meningkat sejak awal 2007, dan berbanding terbalik dengan kondisi parpol lain.
“Ada kecenderungan dibanding pemilu 2014, semua parpol kecuali PDIP cenderung menurun atau stagnan. Golkar yang dapat 14 persen (di Pemilu 2014), sekarang pada posisi 11 persen. PDIP satu-satunya parpol yang kecenderungan suaranya menguat dan terlihat di trennya,” jelas Djayadi.
Perolehan positif PDIP sejalan dengan tingginya elektabilitas Jokowi. Pada survei yang sama, Jokowi mendapat dukungan dari 45,6 responden.
Dukungan terhadap Jokowi mengungguli pesaingnya dalam pilpres 2014, Prabowo Subianto. Ketua Umum Partai Gerindra itu dipilih 18,7 persen responden seandainya pemilu digelar saat survei. Keunggulan Jokowi atas Prabowo bertahan meski survei dilakukan dengan cara spontan ke responden.
Keunggulan Jokowi dapat diketahui lewat kinerja yang dapat dirasakan langsung sepanjang masa pemerintahan Presiden Jokowi dan memberikan dampak positif terhadap pembangunan bangsa. rk
0 Response to "Ini Mengapa Elektabilitas Jokowi Mampu Ungguli Prabowo"
Posting Komentar