Pemuka Buddha Mendesak Pemerintah Myanmar Beri Perlindungan Masyarakat Rakhine | RADAR RAKYAT -->

Pemuka Buddha Mendesak Pemerintah Myanmar Beri Perlindungan Masyarakat Rakhine

Pemuka Buddha Mendesak Pemerintah Myanmar Beri Perlindungan Masyarakat Rakhine
RadarRakyat.Info- Warga Rohingnya adalah komunitas yang mayoritasnya Muslim, dan tinggal di negara bagian Rakhine. Jumlah mereka sekitar sejuta, tapi mereka bukan kelompok masyarakat terbesar di Rakhine.

Sebagian besar warga Rakhine beragama Buddha. Komunitas warga Rakhine merasa didiskriminasi secara budaya, juga tereksploitasi secara ekonomi dan disingkirkan secara politis oleh pemerintah pusat, yang didominasi etnis Burma.

Dalam konteks spesial ini, Rohingya dianggap warga Rakhine sebagai saingan tambahan dan ancaman bagi identitas mereka sendiri. Inilah peyebab utama ketegangan di negara bagian itu, dan telah mengakibatkan sejumlah konflik senjata antar kedua kelompok.

Selain itu, kelompok Rakhine merasa dikhianati secara politis, karena warga Rohingnya tidak memberikan suara bagi partai politik mereka. Ini menyebabkan tambah runcingya ketegangan.

Sementara itu, pemerintah tidak mendorong rekonsiliasi, melainkan mendukung fundamentalis Buddha dengan tujuan menjaga kepentingannya di kawasan yang kaya sumber alam tersebut.

Faktor-faktor ini adalah penyebab utama di balik konflik antar kelompok etnis dan antar agama. Ini juga jadi penyebab memburuknya kondisi hidup warga Rohingya, serta pelanggaran hak-hak sosial-politis mereka.

Perlu diketahui, setiap tahun, ribuan pengungsi Rohingya asal Myanmar dan pencari suaka asal Bangladesh berlayar menuju Malaysia dan Indonesia dengan kapal-kapal dari sindikat perdagangan manusia. Dalam tiga bulan pertama 2015, PBB memperkirakan ada 25.000 pengungsi yang berangkat, kebanyakan dari kamp-kamp gelap di Thailand.

Mengapa warga Buddha Myanmar menentang Rohingya? Apa ini hanya masalah agama, atau hal lain?

Hubungan antar agama di Myanmar adalah masalah yang sangat kompleks. Warga Muslim, terutama Rohingya, dikonfrontasikan dengan rasa takut mendalam terhadap Islam di masyarakat dan negara yang mayoritas warganya beragama Buddha. Warga yang fundamental mengklaim bahwa kebudayaan Buddha serta masyarakat terdesak oleh warga Muslim. Apalagi Myanmar dikelilingi negara-negara yang mayoritas warganya beragama Islam, seperti Bangladesh, Malaysia dan Indonesia. Warga Rohingnya dianggap sebagai ancaman terhadap gaya hidup dan kepercayaan Buddha, dan jadi jalan menuju islamisasi Myanmar.

Muslim Myanmar mencapai lima persen dari 53 juta penduduk Myanmar. Kelompok terbesar muslim Myanmar adalah etnis-Bengali, umumnya dikenal sebagai Rohingya. Mereka menetap di provinsi Rakhine. Sisanya adalah muslim keturunan India dan Cina masing-masing menetap di Yangon.

Secara khusus masyarakat sipil terdampak sangat signifikan dalam konflik bersenjata antara militer Myanmar dengan kelompok bersenjata.

Melihat eskalasi dari krisis dan konflik kekerasan yang tak kunjung mereda, dan berdampak buruk, maka dengan ini pimpinan-pimpinan majelis agama Buddha Indonesia menyatakan keprihatinan mendalam atas krisis kemanusiaan di Rakhine, Myanmar yang telah menimbulkan korban jiwa dan kerugian moril serta materiil yang besar.

Pernyataan Umat Budha yang disampaikan melalui siaran persnya, Rabu, (30/8) ditandatangani antara lain oleh Bikkhu Dhammakaro Mahathera dari Organisasi Sangha Theravada Indonesia, Biksu Duta Smirti Sthavira dari Sangha Mahayana Indonesia.

Mereka menyatakan bahwa konflik di Rakhine bukanlah konflik agama melainkan konflik sosial dan kemanusiaan.

Dalam pernyataann itu juga ditegaskan, untuk menumbuhkan solidaritas kemanusiaan atas krisis tersebut, kebencian itu harus dihentikan agar tidak semakin parah, dan berkelanjutan.

Oleh karena itu, pimpinan-pimpinan majelis agama Buddha Indonesia mendesak Pemerintah Myanmar untuk memberikan perlindungan, bantuan, hak asasi dasar kepada masyarakat Rakhine, serta menolak segala bentuk provokasi memperluas dan membawa isu konflik Rakhine ke Indonesia. Sebab ini dapat mengganggu kerukunan umat beragama di Indonesia.

Untuk meredam situasi tersebut, peran media sosial sangat penting dalam menyebarkan informasi terkait krisis disana. Karena itu diimabu kepada masyarakat Indoensia untuk dapat menyaring informasi yang beredar melalui media sosial dan tidak terprovokasi untuk menyebarkan kebencian.

Mereka meminta kepada Cyber Crime Polri dan BIN agar mendeteksi informasi berbentuk provokasi agar tak menyebar ke masyarakat yang kian meresahkan.

Selain itu perlu diingat bahwa tidak ada agama yang bisa dikaitkan dengan aksi terorisme. Sebab aksi tersebut tidak mencerminkan perilaku umat beragama. Peristiwa ini diharapkan jadi pendorong bersatunya umat beragama di indonesia bahkan dunia.

Dan menjadi catatan bagi umat beragama, terutama umat Budha untuk tidak terprovokasi. Dan bersama-sama menjaga kerukunan serta perdamaian umat beragama di Indonesia bahkan dunia. Sehingga kerukunan dan perdamaian dapat tercipta kembali kepada saudara-saudara di Rohingya dan masyarakat Rakhine. (rk)

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Pemuka Buddha Mendesak Pemerintah Myanmar Beri Perlindungan Masyarakat Rakhine"

Posting Komentar