Petugas keamanan di Paris berjaga di sekitar lokasi penembakan di Champs-Elysees (Reuters/Christian Hartmann)
RadarRakyat.Info-Pemerintah Prancis memperketat penjagaan keamanan menjelang pemilihan presiden yang digelar hari ini, menyusul serangan teroris di Champs Elysees, Paris, pada Kamis, 21 April kemarin.
Mengutip situs BBC, Minggu, 23 April 2017, sekitar 50 ribu anggota polisi dan 7 ribu tentara dikerahkan ke seluruh negeri. Dalam insiden itu, satu orang tewas dan melukai dua lainnya.
Sebelas kandidat bersaing untuk memperebutkan kursi presiden, dengan latar belakang ideologi politik yang mencakup mulai aliran kiri-jauh hingga kanan-jauh.
Dua kandidat yang memperoleh suara terbanyak pada putaran pertama akan melaju pada putaran kedua.
Empat kandidat diprediksi lebih berpeluang memenangi pilpres, yaitu François Fillon dari kelompok konservatif, pemimpin kelompok berhaluan kanan-jauh Marine Le Pen, pemimpin liberal Emmanuel Macron dan pemimpin kelompok kiri-jauh Jean-Luc Mélenchon.
Selama kampanye, para kandidat terlibat perdebatan panas, karena mereka menawarkan visi berbeda tentang masalah Uni Eropa, isu imigrasi, ekonomi dan persoalan keidentitasan Prancis.
Keamanan nasional telah menjadi salah satu materi utama yang disorot selama kampanye, tetapi para kandidat dituduh mengeksploitasi dan mengambil keuntungan politik dari kasus kekerasan tersebut.
Bagaimana pun, pemilu presiden Prancis diprediksi akan berlangsung hingga putaran kedua, karena semua calon dianggap tidak mampu meraup suara hingga 50 persen.
Pilpres putaran kedua - yang diikuti dua calon peraih suara terbanyak - akan digelar pada 7 Mei mendatang.
Serangan teror dilakukan oleh seorang pria bernama Karim Cheurfi, dan tak lama kemudian, kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas aksi tersebut.
Cheurfi sendiri akhirnya tewas ditembak aparat kepolisian Prancis. Presiden François Hollande, yang tidak populer, tidak maju kembali dalam pilpres untuk masa jabatan keduanya.
Ia merupakan presiden Prancis pertama dalam sejarah modern negara itu yang tidak melakukannya.
Mengutip situs BBC, Minggu, 23 April 2017, sekitar 50 ribu anggota polisi dan 7 ribu tentara dikerahkan ke seluruh negeri. Dalam insiden itu, satu orang tewas dan melukai dua lainnya.
Sebelas kandidat bersaing untuk memperebutkan kursi presiden, dengan latar belakang ideologi politik yang mencakup mulai aliran kiri-jauh hingga kanan-jauh.
Dua kandidat yang memperoleh suara terbanyak pada putaran pertama akan melaju pada putaran kedua.
Empat kandidat diprediksi lebih berpeluang memenangi pilpres, yaitu François Fillon dari kelompok konservatif, pemimpin kelompok berhaluan kanan-jauh Marine Le Pen, pemimpin liberal Emmanuel Macron dan pemimpin kelompok kiri-jauh Jean-Luc Mélenchon.
Selama kampanye, para kandidat terlibat perdebatan panas, karena mereka menawarkan visi berbeda tentang masalah Uni Eropa, isu imigrasi, ekonomi dan persoalan keidentitasan Prancis.
Keamanan nasional telah menjadi salah satu materi utama yang disorot selama kampanye, tetapi para kandidat dituduh mengeksploitasi dan mengambil keuntungan politik dari kasus kekerasan tersebut.
Bagaimana pun, pemilu presiden Prancis diprediksi akan berlangsung hingga putaran kedua, karena semua calon dianggap tidak mampu meraup suara hingga 50 persen.
Pilpres putaran kedua - yang diikuti dua calon peraih suara terbanyak - akan digelar pada 7 Mei mendatang.
Serangan teror dilakukan oleh seorang pria bernama Karim Cheurfi, dan tak lama kemudian, kelompok ISIS mengaku bertanggung jawab atas aksi tersebut.
Cheurfi sendiri akhirnya tewas ditembak aparat kepolisian Prancis. Presiden François Hollande, yang tidak populer, tidak maju kembali dalam pilpres untuk masa jabatan keduanya.
Ia merupakan presiden Prancis pertama dalam sejarah modern negara itu yang tidak melakukannya.
0 Response to "Pascaserangan Teror, Prancis Gelar Pemilihan Presiden"
Posting Komentar