RadarRakyat.Info-MINGGU
malam, 18 Mei 1958 itu juga, berita tertangkapnya Pope sampai ke Markas Besar
CIA di AS. Direktur CIA, Allen Dulles segera mengirim telegram kepada para
perwira CIA di Indonesia, Filipina, Taiwan, dan Singapura: tinggalkan posisi,
hentikan pengiriman uang, tutup jalur pengiriman senjata, musnahkan semua
bukti, dan mundur teratur.
“Inilah
saatnya bagi Amerika Serikat untuk pindah posisi. Sesegera mungkin, kebijakan luar
negeri Amerika berubah arus,” tulis Tim Weiner dalam Membongkar Kegagalan CIA.
Dalam
wawancara dengan Weiner pada 2005, Pope mengakui bahwa operasi CIA di Indonesia
gagal. “Namun kami telah memukul dan melukai mereka. Saya suka membunuh komunis
dengan cara apapun yang bisa saya lakukan. Kami membunuh ribuan komunis,
meskipun setengah di antaranya mungkin tidak mengerti apa yang dimaksud dengan
komunisme,” kata Pope.
Menurut
Sugeng Sudarto dalam Patahnya Sayap Permesta, berdasarkan anjuran Presiden Sukarno
untuk segera menyelesaikan segala perkara, termasuk perkara Pope, maka sidang
pertama pengadilan Pope dilakukan secara terbuka oleh Pengadilan Tentara
Jakarta pada 28 Desember 1959, di ruang sidang Markas Besar Angkatan Udara di
Jalan Sabang No. 2A Jakarta. Setelah 17 kali persidangan, pada 29 April 1960
hakim memutuskan menjatuhkan hukuman mati kepada Pope.
“Mereka
mengadili saya atas tuduhan pembunuhan dan menjatuhi saya hukuman mati,” kata
Pope. “Mereka mengatakan bahwa saya bukanlah tawanan perang dan tidak berhak
mendapat perlakuan berdasarkan Konvensi Jenewa.”
Ketika
bertemu Presiden AS, John F. Kennedy di Gedung Putih, Washington, AS, pada 24
April 1961, Sukarno menawarkan pembebasan Pope asalkan AS mendukung Indonesia
merebut Irian Barat. Namun, Kennedy belum menentukan sikap. Pada pertengahan
Februari 1962, adik Presiden Kennedy sekaligus Jaksa Agung Robbert Kennedy
berkunjung ke Indonesia. Bobby, panggilannya, membawa dua misi: meredakan
ketegangan Indonesia-Belanda soal Irian Barat dan membebaskan Pope.
Menurut
Arthur Meier Schlesinger dalam Robert Kennedy and His Times, Bobby menemui
Sukarno untuk membebaskan Pope, namun Sukarno masih tetap pada pendiriannya;
Pope dilepaskan dengan syarat AS mendukung Indonesia soal Irian Barat,
sementara Belanda adalah sekutu AS. Bobby sempat keluar ruangan karena emosi.
Setelah Bobby minta maaf, Sukarno akhirnya menjamin akan menangani dengan
caranya sendiri.
“Setelah
empat tahun dua bulan dalam penahanan, dia dibebaskan pada bulan Juli 1962 atas
permintaan secara pribadi oleh Jaksa Agung Amerika Serikat, Robert F. Kennedy,”
tulis Weiner.
Sukarno
punya cara dan cerita sendiri perihal pembebasan Pope. Istri Pope, bekas
pramugari Pan American Airways, bersama ibu dan saudara perempuannya, menghadap
Sukarno dan menangis tersedu-sedan memohon supaya Pope diampuni. “Bila sudah
menyangkut seorang perempuan, hatiku menjadi lemah,” kata Sukarno. “Aku tidak
dapat bertahan menghadapi air mata seorang perempuan, sekalipun dia orang
asing.”
Setelah
sembuh dan keluar dari rumah sakit, Pope menjadi tahanan rumah menunggu
dipindahkan ke penjara tentara untuk dihukum mati. Sukarno menyampaikan
kepadanya, “atas kemurahan hati Presiden engkau diberi ampun. Tetapi ini
kulakukan dengan diam-diam. Aku tidak ingin ada propaganda mengenai hal ini.
Sekarang pergilah! Sembunyikan dirimu di Amerika Serikat secara rahasia. Jangan
memperlihatkan diri di muka umum. Jangan bikin cerita-cerita untuk surat kabar.
Jangan buat pernyataan-pernyataan. Pulang sajalah, sembunyikan dirimu, menghilanglah
dari pandangan umum, dan kami akan melupakan semua yang telah terjadi.”
Pengampunan
Sukarno tidak cuma-cuma. Ia menjadi salah satu strateginya dalam merebut Irian
Barat, dimana AS berada di pihak Indonesia. Selain itu, menurut Guntur
Sukarnoputra, suatu hari ketika dia membaca berita mengenai pembangunan jalan
Jakarta By Pass, menanyakan pada ayahnya benarkah pembangunan jalan tersebut
merupakan barter dengan pembebasan Allen Pope.
“Bung Karno
ketika itu hanya tertawa-tawa kecil saja,” kata Guntur dalam Bung Karno:
Bapakku, Kawanku, Guruku. Tak diduga beberapa saat kemudian, Bung Karno
berteriak dari kamar mandi memanggil Guntur. “Beliau bergurau bahwa semoga
Amerika mengirimkan Allen Pope-Allen Pope yang lain. Sehingga dapat ditukar
dengan Ava Gardner dan Ivonne de Carlo, yakni bintang film Amerika yang
terkenal kecantikan dan kemolekan tubuhnya saat itu.”
Jakarta By
Pass (Jalan Jenderal Ahmad Yani dan Mayjen DI Panjaitan) sepanjang 27 kilometer
menjadi sarana untuk memperlancar transportasi dari Cawang ke Pelabuhan Tanjung
Priok. Selain membantu pembangunan Jakarta By Pass, AS juga membantu
pembangunan Jembatan Semanggi, simpang empat sekaligus jembatan layang hasil
rancangan Ir. Sutami.
Menurut
Weiner, setelah bebas dan selama sisa hidupnya pada 1960-an, Pope kembali
terbang untuk CIA ke Vietnam. Pada Februari 2005, di usia 76 tahun, dia
dianugerahi medali Legion of Honor oleh pemerintah Prancis atas perannya dalam
menyuplai barang-barang kebutuhan bagi pasukan Prancis yang sedang dikepung di
Dien Bien Phu pada 1954. (historia)
0 Response to "Sejarah: Pilot CIA Ini Lolos Dari Hukuman Mati di Indonesia"
Posting Komentar