RadarRakyat.Info-Politisi PDIP Arteria Dahlan mengatakan, tidak ada hal yang perlu diperdebatkan terkait Presiden Jokowi mengajak Ahok satu mobil beberapa waktu lalu.
Demikian
disampaikan Arteria saat menanggapi kritikan Fahri Hamzah saat Ahok diajak naik
mobil RI 1 oleh Jokowi.
"Apa
yang salah dengan hal itu, saya bukannya mau bela Ahok lho sebagaimana yang
teman-teman belakangan ini banyak bicarakan, saya hanya bicara yang benar dan
proporsional," kata dia di Jakarta, Minggu (26/02/2017).
"Kan
presiden sedang meninjau proyek MRT yang kebetulan wilayahnya di Jakarta, nah
jakarta itu punya pengampu, punya pemerintahan daerah yang dikepalai oleh
gubernur yang kebetulan gubernurnya ada, sah dan legitimate, sekaligus mitra
beliau, wakil beliau sebelum beliau jadi Presiden, apa yang salah? Kalau
dikaitkan dengan pilkada, kan konyol," sambung dia.
Lagian, kata
dia, posisi Ahok sebagai gubernur secara hukum pun tak masalah.
"UU
pilkada tegas nyatakan incumbent berhenti cuti, artinya aktif kembali setelah
masa kampanye, Pak Ahok sah sebagai gubernur, bertemu, jalan bareng bahkan 1 mobil
bersama itu sah-sah saja, dalam praktek ketatanegaraan sekalipun tidak ada yang
salah, etika ketatanegaraan dan UU Pemerintahan Daerah apalagi, justru
memperlihatkan hubungan yang harmonis antara presiden dan gubernurnya,"
terang dia.
Menurutnya,
tidak relevan jika hal tersebut dikait-kaitkan sama status Ahok dalam perkara
dugaan penistaan agama.
"Kalau
dikaitkan dengan statusnya pak Ahok yang terdakwa, ini lebih ngawur lagi, kita
ini negara hukum, paham sama azas dan prinsip hukum yang bersifat universal gak
sih? Paham sama azas "presumption of innocence" atau azas
"praduga tidak bersalah" dimana seseorang harus dinyatakan tidak
bersalah sampai dengan yang bersangkutan diputus bersalah oleh vonis lembaga
peradilan yang berkekuatan hukum tetap, ini kan pak Ahok masih terdakwa, belum
tentu juga bersalah, kok bisa-bisanya Pak Jokowi dianggap berbuat salah dan
melanggar etika? Melecehkan lembaga yudikatif? Dimana basis logika berpikirnya?
Dimana bangunan konstruksi hukumnya? Saya minta mereka yang berbicara seperti
itu mbok ya dipikir sebelum bicara? Kalau sudah terlanjur saya mohon kepada
mereka untuk kembali kepada kewarasan berpikirnya. Kasihan rakyat disuguhi
pemberitaan-pemberitaan seperti ini," tandas dia.
"Yang
bicara etika politik dan lain-lain itu mengerti gak sih, dalam norma hukum itu
sudah terkandung nilai etika dan moral, jadi kalau tidak ada pelanggaran hukum
ya sejatinya juga tidak ada pelanggaran etika. Itu kan pelajaran filsafat hukum
kuliah hari pertama," sindir dia.
Memang, kata
dia, Serangan terhadap Jokowi maupun Ahok belakangan ini sulit untuk tidak
dikaitkan dengan pertempuran politik di pilkada DKI.
"Saya
hanya sayangkan kepada mereka ywng menyerang pak Jokowi dan pak Ahok walau
dengan kemasan intelektual maupun kewenangannya selaku lembaga atau pimpinan
lembaga negara, belajarlah dari pengalaman pilkada dki putaran pertama, semakin
banyak cacian, fitnah dan hujatan kepada pak Jokowi dan pak Ahok, semakin
banyak rakyat yang ingin tahu dan mencari kebenaran atas fakta. Warga Jakarta
ini luar biasa hebat lho, mereka pemilih yang cerdas, kritis dan rasional.
Tidak mudah percaya dan teryakinkan dengan berita-berita dan
pandangan-pandangan yang keliru," tandas dia.
Lebih baik,
kata dia, semua pihak menahan diri, terlebih tokoh-tokoh masyarakat, buat
Jakarta damai, sehingga pemilih bisa memilih dalam ketenangn dengan penuh
kecermatan.
"Hindari
statement-statment yang menyerang pribadi orang, lebih baik pertempuran
difokuskan pada visi misi dan program paslon. Kuliti, kritisi program paslon,
apa benar bisa dikerjakan oleh mereka, apakah feasible? Apa urgensi dan
relevansinya? Hal-hal seperti ini lebih baik daripada kelihatan rempong
ngurusin dan ngomentarin hal-hal yang gak penting," pungkas dia. (ts)
0 Response to "PDIP: Apa yang Salah Jokowi dan Ahok Satu Mobil?"
Posting Komentar