Suararakyat - Wakil Ketua Umum Gerindra, Arief Poyuono menyayangkan sikap pemerintahan Joko Widodo (Jokowi) yang kembali melakukan impor beras. Apalagi kebijakan ini diambil saat di tahun politik dan menjelang Pilpres di tahun depan.
Menurutnya, kebijakan impor ini bukti Jokowi tidak menguasai tentang apa yang diperlukan dan apa yang harus dibangun agar bisa menviptakan swasembada beras seperti yang dijanjikannya.
“Tapi justru kebijakan impor juga membuktikan bahwa masih ada mafia impor beras di sekitar kekuasaan pemerintahan Joko Widodo yang meraup untung besar dari impor beras tadi,” tandas dia di Jakarta, Sabtu (13/1).
Dia sendiri mempertanyakan kenapa Menteri Perdagangan ngotot dengan impor beras. Alasannya tidak mau ambil risiko kekurangan pasokan. Padahal selama ini harga beras tetap tinggi di pasar yang dibeli masyarakat bukan karena kurang pasokan.
“Alasan Menteri Perdagangan import beras apa iya masuk akal? Contoh saja 500 ribu ton dengan menggunakan harga beras di negara Asia Tenggara lain yang berada di lembah Mekong seperti Thailand yakni US$ 0,33/kg, Myanmar US$ 0,28/kg, Kamboja US$ 0,42/kg,” tegasnya.
Sementara harga rata-rata beras di Indonesia yakni US$ 0,79 atau Rp 10.499. Lebih tinggi dari daerah terpencil di negara tersebut. Data itu seperti dirilis FAO.
“Artinya importir beras setelah dikurangi ongkos angkut ke Indonesia bisa untung sebesar Rp 3000 / Kg itu sudah termasuk biaya pengiriman dan distribusi di dalam negeri,” jelasnya.
Nah jika dikalikan 500 ribu ton x 1000 X3000 maka dihasilkan untung mencapai Rp1,5 triliun.
“Nah, Mendag ini engga perlu lapor Jokowi untuk import beras dan Jokowi juga tutup kuping, tutup mata, dan tutup mulut serta tutup hati. Ini patut diduga para mafia impor beras nantinya akan membiayai dana Pilpres 2019 untuk Capres Jokowi itu,” kata dia.
0 Response to "Impor Beras 500.000 Ton, Gerindra: Awas, Cuma Untuk Cari Modal Pilpres 2019"
Posting Komentar