Jusuf Kalla / Foto: Muhammad Taufiqqurrahman
RadarRakyat.Info-Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) menegaskan hingar bingar pelaksanaan pilkada DKI Jakarta tidak akan memecah bangsa. Perbedaan pendapat tidaklah menjadi masalah.
"Waktu pilpres jelas ini memilih nomor satu, ini nomor dua. Kadang-kadang serumah tapi setelah itu ketawa-ketawa lagi. Sama juga dengan pemilu ini tidak akan memecah bangsa ini. Kita sudah pengalaman itu, begitu habis pilkada nanti, semua pada peluk-pelukan nanti itu. Jangan terlalu khawatir," ujar JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (4/42017).
Adalah yang lumrah bagi JK jika ada masyakarat yang pro dan kontra terhadap pasangan calon tertentu. Perbedaan itu adalah hal yang biasa terjadi di mana-mana. Pilihan diserahkan kepada setiap warga.
"Tapi apapun bidang partai, yang punya hak pilih rakyat biasa, jadi tidak bisa juga pilihan partai yang menentukan siapa yang menang siapa yang tidak," terangnya.
Sebagai contoh, perolehan suara pada putaran pertama pada Pilkada DKI memiliki hasil yang berbeda meski telah didukung oleh parpol-parpol tertentu.
"Lihatlah kemaren strukturnya. Nomor 2 didukung 50 persen suara partai tapi dapatnya juga 42 persen. Nomor satu malah didukung hampir 30 persen tapi dapatnya 17 persen, nomor tiga didukungnya hanya 20 persen lebih suaranya didukung 40 persen. Jadi dukungan partai itu tidak akan juga menentukan mutlaknya karena yang menentukan siapa yang coblos," jelasnya. (Detik)
"Waktu pilpres jelas ini memilih nomor satu, ini nomor dua. Kadang-kadang serumah tapi setelah itu ketawa-ketawa lagi. Sama juga dengan pemilu ini tidak akan memecah bangsa ini. Kita sudah pengalaman itu, begitu habis pilkada nanti, semua pada peluk-pelukan nanti itu. Jangan terlalu khawatir," ujar JK di kantor Wapres, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Selasa (4/42017).
Adalah yang lumrah bagi JK jika ada masyakarat yang pro dan kontra terhadap pasangan calon tertentu. Perbedaan itu adalah hal yang biasa terjadi di mana-mana. Pilihan diserahkan kepada setiap warga.
"Tapi apapun bidang partai, yang punya hak pilih rakyat biasa, jadi tidak bisa juga pilihan partai yang menentukan siapa yang menang siapa yang tidak," terangnya.
Sebagai contoh, perolehan suara pada putaran pertama pada Pilkada DKI memiliki hasil yang berbeda meski telah didukung oleh parpol-parpol tertentu.
"Lihatlah kemaren strukturnya. Nomor 2 didukung 50 persen suara partai tapi dapatnya juga 42 persen. Nomor satu malah didukung hampir 30 persen tapi dapatnya 17 persen, nomor tiga didukungnya hanya 20 persen lebih suaranya didukung 40 persen. Jadi dukungan partai itu tidak akan juga menentukan mutlaknya karena yang menentukan siapa yang coblos," jelasnya. (Detik)
0 Response to "JK: Setelah Pilgub DKI, Nanti Semua Peluk-pelukan"
Posting Komentar