R
adarRakyat.Info-Kini bukan era kehebatan ABRI seperti di masa Orde Baru, dimana para Jenderal TNI terposisi berwibawa dan punya pengaruh. Masa keemasan itu telah berlalu!
adarRakyat.Info-Kini bukan era kehebatan ABRI seperti di masa Orde Baru, dimana para Jenderal TNI terposisi berwibawa dan punya pengaruh. Masa keemasan itu telah berlalu!
Suka atau
tidak, PDIP yang memiliki kerjasama strategis dengan Partai Komunis Cina telah
bangkit berkuasa. Seiring dengan munculnya laten PKI yang makin mencemaskan.
Sejak Jokowi
tampil sebagai petugas partai, eksisten TNI dan umat Islam kian meredup. Bahkan
ulama dikriminalisasi, para tokoh ultra nasionalis ditangkap dan sejumlah
Jenderal TNI senior yang anti PKI disikat.
Istana lebih
mengandalkan Polri sebagai alat penjaga kekuasaan yang bertindak semaunya.
Berani melawan di “dor”, dijadikan tersangka dan digiring ke penjara.
Hegemoni
Polri menjadi perkasa dan bertindak tanpa perlu restu dari Istana. Seolah
Jokowi telah berkantor di Mabes Polri, sehingga insitusi itu bebas menghardik
nurani rakyat.
Walhasil,
alat-alat penyadapan milik negara dicurigai menguping setiap aktifitas elite
bangsa. Kebebasan berserikat dan berpendapat makin terbelenggu.
Polri,
Istana, PDIP dan jaringan pers yang pro cukong bersatu serta super sibuk
memberangus protes rakyat dan ulama. Situasi lebih tragis dari kebangkitan PKI
tahun 1965.
Aneka berita
direkayasa untuk mencari kesalahan lawan politik. Sebaliknya kejahatan oknum
penista agama alias Ahok dilindungi. Arogansi culas itu kian menyiram luka di
hati umat Islam.
Rakyat
bersuara meminta bantuan TNI dan para elite bangsa, tak digubris. Sekaliber
mantan Presiden SBY yang santun memohon keadilan pun distigmakan doyan curhat,
koruptor kakak dan provokator.
Lantas
kepada siapa rakyat berlindung, mendapatkan rasa aman, keadilan dan kebenaran?
Situasi
makin mengkhawatirkan. Wajar bila ulama dan umat Islam bangkit melakukan
perlawanan. Seruan aksi 112 (11 Feb) kian bergema menuju gelombang people
power.
Ironinya,
SBY, Prabowo Subianto dan elite Parpol lainnya masih terjebak menanti undangan
makan siang di Istana. Tersandera oleh rasa ketakutan yang luar biasa dihadapan
kesombongan petugas partai!
Bila saja
SBY, TNI dan elite bangsa punya nurani maka mereka melebur bersama rakyat untuk
selamatkan NKRI. Sikap tulus itu kian dinantikan.
Toh selama
ini rakyat, TNI, ulama dan berbagai elite bangsa telah berupaya mendukung
penguasa. Tapi faktanya justru Istana tampak makin angkuh dan bertindak
semena-mena.
Silakan SBY
dan elite Parpol menanti undang makan siang di Istana dan berkompromi demi
mencampakkan nurani rakyat. Tapi jangan kecewa bila hasilnya menjadi korban
politik kelicikan petugas parta!
Faizal
Assegaf (Ketua Progres 98) *** (PB)
0 Response to "TNI Bungkam, Istana Stigmakan SBY Doyan Curhat dan Provokator!"
Posting Komentar