Suararakyat - Sebetulnya, Badan Urusan Logistik atau Bulog memiliki cadangan stok beras sebanyak 2 sampai 2,5 juta ton yang bisa digelontorkan untuk mengatasi kenaikan harga beras di daerah-daerah.
Artinya, Bulog bisa mengintervensi dengan melakukan operasi pasar sehingga menekan harga.
Begitu yang dikatakan oleh ekonom senior mantan Kepala Bulog, Rizal Ramli, menanggapi rencana pemerintah mengimpor 500.000 ton beras dari Vietnam dan Thailand.
"Bulog itu fungsinya untuk stabilisasi dengan modal stok 2,5 juta ton bisa bikin stabil pasar 30 juta ton di seluruh Indonesia. Syaratnya, Bulog harus aktif," kata Rizal saat meninjau Pasar Induk Cipinang, Jakarta Timur, Senin (15/1).
Rizal menyayangkan Bulog yang saat ini tidak aktif. Ia mencontohkan, Bulog hanya membeli 58 persen atau sekitar 1 juta ton beras dari petani pada tahun 2017. Ia pertanyakan mengapa Bulog tidak membeli 2 sampai 2,5 juta ton beras untuk stok dalam negeri.
"Karena kalau beli dari rakyat 2,5 juta ton jadi enggak ada kebutuhan untuk impor. Perlu kalian pertanyakan kenapa Bulog tidak beli sesuai target, apa alasannya, sengaja? Kalau sengaja, saya kasihan sekali. Pemerintahan Jokowi dikerjain nih," ungkap dia.
Alasan stabilisasi harga karena masa panen petani baru berlangsung di bulan Februari-Maret mendatang, juga dianggapnya tidak relevan sebagai dasar impor. Stok 950.000 ton beras yang saat ini dimiliki Bulog pun sejatinya sudah mencukupi.
"Kalau stok yang ada di Bulog sekarang 950.000 ton, sebetulnya cukup buat dua bulan Januari-Februari, untuk rakyat miskin, untuk stabilisasi. Panen sudah mulai di beberapa daerah. Sebetulnya kalau stock management-nya canggih, Bulog aktif, maka tidak diperlukan impor. Tapi karena Bulognya pasif, jadi berisiko," terang Rizal.
0 Response to "Impor Beras: Rizal Ramli Kritik Bulog Yang Pasif"
Posting Komentar