Suararakyat - Sekretaris DPD Gerindra DKI Jakarta, Husni Thamrin angkat bicara soal ribut-ribut La Nyalla Mattalitti yang gagal di usung Partai Gerindra maju merebut kursi Jatim-1 di Pilkada Jawa Timur 2018.
Thamrin membantah semua isi tentang press konference La Nyalla sekaligus merasa aneh melihat manuver eks Ketua PSSI tersebut.
"Tentang pernyataan 'Le Nyelle' tersebut menurut saya semuanya adalah justru tentang kebodohan yang bersangkutan," kata Thamrin mengawali perbincangannya dengan TeropongSenayan, di kantor DPD Gerindra DKI, Cempaka Putih, Jakarta, Sabtu (13/1/2018).
Terlepas dari tendensi politik yang ditarget, menurut Thamrin, dari statement La Nyalla yang viral di media sosial, setidaknya ada lima (5) kebodohan yang justru sedang dia pertontonkan kepada publik.
Pertama, belum apa-apa La Nyalla seakan sudah merasa jadi Calon Gubernur yang gagal maju. Padahal, sesungguhnya dia baru jadi Bakal Calon (Bacalon) Gubernur.
"Ingat, status Cagub itu kalau sudah terdaftar di KPUD. Bodoh UU Pemilu kok mau jadi Gubernur," ucap Thamrin.
Kedua, lanjut Thamrin, kalau yang bersangkutan bener-benar kaya raya, mestinya habis dana 5,8 miliar dalam waktu 6 bulan pasti tidak akan ribut.
"Pertanda strategi sosialisasi yang di lakukannya tidak efektif. Salah pilih Timses karena bodoh," ungkapnya.
Ketiga, keputusan La Nyalla menolak menyediakan uang untuk saksi berarti yang bersangkutan mau ikut maju Pilkada tanpa saksi. Sementara saksi adalah unsur penting dan krusial dalam setiap gelaran Pilkada.
Bahkan, Thamrin menjelaskan, posisi saksi diperlukan tidak hanya di Tempat Pemungutan Suara (TPS), tapi juga saksi untuk perhitungan suara mulai tingkat kecamatan, kabupaten/kota hingga Provinsi. "Semuanya perlu diberi pembekalan khusus atau dilatih terlebih dahulu," katanya.
Ketua bidang logistik Timses Anies-Sandi di Pilkada DKI ini memaparkan, untuk 68.511 jumlah TPS di Jatim berarti setidaknya dana saksi yang harus dipersiapkan adalah sekitar Rp 27.404.400.000.
"Hitung-hitungannya; 68.511 x 2 saksi x Rp 200rb = Rp 27.404.400.000. Belum lagi dana untuk kegiatan Pelatihan Saksi TPS dengan jumlah yang sama. Karena mereka untuk kesana-kemari harus di berikan uang transport dan konsumsi serta penyediaan fasilitas pelatihan, termasuk antara lain sewa gedung dan sound sistem," beber Thamrin.
Belum lagi, tambah Thamrin, dana saksi untuk perhitungan suara yang berjenjang sampai tingkat Provinsi yang juga harus ada pelatihan dan dana untuk operasional di hari "H".
"Angka 40 miliar memang terlalu besar bagi yang gak punya duit. Tapi untuk keperluan saksi di Pilgub Jatim tentu itu terlalu kecil. Jadi, sebaiknya kalau gak punya duit atau punya duit tanggung, gak usah lah mimpi jadi Gubernur agar gak keliatan bodohnya," sembur Thamrin.
Keempat, Thamrin melanjutkan, jumlah pengurus PAN tidak sebanyak jumlah pemilih suara sah di Pilkada Jatim 2018.
"Kalau dalam 11 hari (09-20 Desember) La Nyalla tidak mampu bertemu dan meyakinkan pengurus PAN, apalagi untuk meyakinkan jutaan warga Jatim untuk bersama membangun Jatim. Sekali lagi, ini adalah bukti kebodohannya berkomunikasi," cetus Thamrin.
Selanjutnya, tambah Thamrin, yang kelima, adalah kebodohan La Nyalla semakin lengkap dan sempurna ketika di ujung perjuangannya yang bersangkutan tidak memanfaatkan waktu sisanya untuk berterimakasih dan minta maaf kepada warga Jatim yang sudah siap mendukungnya.
"Anehnya, dia (La Nyalla) justru malah ngajak Gerindra perang," sesal Thamrin.
0 Response to "Gagal Maju di Pilgub Jatim, Thamrin : Karena La Nyalla "Bodoh""
Posting Komentar