BERITA TERKINI, JAKARTA-- Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Haedar Nashir menyampaikan rasa kehilangannya atas meninggalnya Andi Mappetahang (AM) Fatwa. Haedar menilai jasa-jasa AM Fatwa sangat besar sebagai tokoh nasional dan bagi Muhammadiyah sendiri.
"Beliau merupakan tokoh pejuang yang gigih dan melintas generasi," ujar Haedar melalui pesan tertulis, Kamis (14/12).
Haedar mengatakan AM Fatwa pernah dijebloskan ke dalam penjara oleh pemerintah orde baru. Namun, AM Fatwa yang pernah merasakan penderitaan di balik jeruji besi tidak pernah mendendam hingga lengsernya Presiden RI, Soeharto.
"Hingga setelah Pak Harto jatuh, beliau juga tidak mencaci dan membenci," katanya.
Haedar melanjutkan, begitu pun sifat politik yang ditunjukan AM Fatwa. Menurutnya, AM Fatwa mewarisi sifat politik Masyumi yang kuat dengan warna keislamannya tetapi luwes dalam bergaul dengan lawan politik. Muhammadiyah kata dia, belajar spirit kenegarawanan dan kedewasaan berpolitik dari AM Fatwa.
"Pak Fatwa dekat dengan angkatan muda dan bergaul dengan siapa saja. Dalam perjuangan umat Islam beliau dikenal tegas dan kadang keras, tetapi fleksibel dan pandai berakomodasi atau bernegosiasi jika hal itu menyangkut strategi dan tidak keluar dari prinsip," kata Haedar.
Di Muhammadiyah, tambah Haedar. AM Fatwa sangat kental, hingga gigih sampai akhir hayatnya dalam memperjuangkan Pak Kasman, Pak Kahar Muzakkir, dan Ki Bagus Hadikusumo untuk mendapatkan gelar pahlawan nasional. Kini ujar Haedar, menjadi tugas PP Muhammadiyah untuk melanjutkan perjuangannya.
"Itu menjadi utang kami di PP Muhammadiyah untuk melanjutkannya," ujarnya.
Seperti diberitakan sebelumnya, AM Fatwa meninggal dunia di rumah sakit MMC Jakarta sekitar pukul06.17 WIB. Rencananya, AM Fatwa akan dimakamkan di taman makam pahlawan Kalibata, Jakarta.
0 Response to "'Muhammadiyah Belajar Spirit Kenegarawanan dari AM Fatwa'"
Posting Komentar