Lamanberita – Ketatnya waktu DPR yang terbentur masalah reses membuat beberapa anggota DPR menginginkan Presiden RI segera menyodorkan nama Panglima TNI, termasuk sistem rotasi matra.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo akan memasuki massa pensiun pada Maret 2018 mendatang. Anggota Komisi I Fraksi Partai Demokrat Syarief Hasan berharap pergantian Panglima TNI dilakukan berdasarkan sistem rotasi matra. Artinya, karena Gatot berasal dari AD, maka penggantinya harus dari matra lain.
Namun demikian, Syarief menyerahkan keputusan pemilihan Panglima TNI kepada Presiden.
“Menyangkut masalah panglima kita kembalikan kepada presiden. Demokrat mengharapkan karena ini kan hak prerogatif presiden. Mudah-mudahan itu sudah mekanisme seperti yang dilakukan sebelumnya yaitu dilakukan secara bergiliran angkatan itu bisa dilakukan,” ujar Syarief di Gedung DPR, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta Pusat, Selasa (28/11).
Terkait matra apa yang pas menjadi Panglima TNI, Waketum Demokrat ini tak bisa menyampaikannya secara spesifik karena itu menyangkut hak prerogratif presiden.
Ia pun menyerahkan pada sistem internal di TNI. Sedangkan, untuk mekanisme di DPR, nama-nama kandidat panglima TNI yang disodorkan oleh Istana akan dipertimbangan dan mendapat persetujuan DPR RI.
Akan tetapi setelah dua kali matra Angkatan Darat (AD) menjadi orang nomor 1 di TNI, pilihan untuk bergilir menjadi relevan.
“Tergantung Presiden. Harapannya kalau bisa digilir lagi. Kan AD ini sudah dua kali. Kalau bisa yang dari angkatan lain,” pungkasnya.
Kandidat Panglima TNI sesuai tradisinya harus merupakan perwira berpangkat bintang empat dan pernah menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan.
Saat ini tercatat Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) adalah Marsekal Hadi Tjahjanto, kemudian Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) yakni Jenderal Mulyono, lalu Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) yaitu Laksamana Ade Supandi.
0 Response to "Syarief Hasan: Pergantian Panglima TNI berdasarkan sistem rotasi matra"
Posting Komentar