Kesbangpol NTT: Sejumlah Mahasisa-Dosen di NTT Bergabung dengan Kelompok Radikalisme |
RadarRakyat.Info- Keberadaan mahasiswa yang menganut faham radikal memang bukan hal baru. Sudah sejak lama, mahasiswa menjadi bagian penyebaran faham radikal.
Radikalisme pun menjadi ancaman serius di perguruan tinggi yang kemudian bergabung dengan kelompok radikal. Hal demikian harus dicegah, melihat bahwa kampus mudah disusupi oleh faham radikal.
Kepala Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Nusa Tenggara Timur Secilia Sona mengatakan ada sejumlah mahasiswa dan dosen pada beberapa perguruan tinggi di wilayah provinsi berbasis kepulauan ini, bergabung dengan kelompok radikalisme.
Ia mengatakan walaupun ada beberapa universitas yang mahasiswa dan dosennya bergabung dengan kelompok radikalisme, namun kondisinya belum terlalu mengkhawatirkan.
“Kita terus mengantisipasi pergerakan mereka agar tidak menganggu keamanan dan kerukunan antarumat beragama di NTT. Mereka bergabung dengan kelompok radikalisme,” katanya di Kupang, Rabu (25/10).
Sebagai generasi penerus bangsa yang akan menjadi pemimpin negeri, mahasiswa seharusnya lebih membangun karakter bangsa sesuai amanat Pancasila. Sebab hal tersebut sangat bertengangan dengan tujuan dari institusi pendidikan. Oleh sebab itu setiap mahasiswa perlu meningkatkan kewaspadaan dan meningkatkan pemahaman untuk menangkal segala bentuk faham anti Pancasila.
Pengalaman terakhir adalah munculnya video yang menunjukkan sejumlah mahasiswa dari beberapa kampus menyeruhkan Khilafah yang sangat bertentangan dengan Pancasila.
Secilia mengatakan mahasiswa dan dosen yang bergabung dengan kelompok radikalisme itu memang tidak menamakan diri sebagai lembaga dakwah kampus, tetapi kelompok itu memang ada. “Kami sudah deteksi sejauh ini, dan memang ada (kelompok radikalisme),” ungkapnya.
Ia berharap agar dengan adanya dialog bersama dengan 130 mahasiswa dari sejumlah kampus di kota Kupang itu akan terbentuk sebuah forum yang nantinya menjadi pererat kebhinekaan di antara mahasiswa di universitas dalam rangka menolak berbagai paham radikalisme yang masuk ke universitas.
Beberapa waktu lalu Presiden Joko Widodo berpesan kepada para rektor untuk menjaga kampus agar tidak jadi lahan penyebaran ideologi anti Pancasila. “Kita harus hentikan ideologi radikalisme, terorisme di seluruh perguruan tinggi yang ada di seluruh tanah air kita,” ujarnya.
Banyak kelompok radikal yang mengincar generasi muda terutama mahasiswa. Peneliti di Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Anas Saidi berpendapat bahwa ideologi radikalisme telah merambah dunia mahasiswa melalui proses islamisasi.
Menurut dia, mahasiswa yang belajar ilmu eksakta lebih berisiko terdoktrin oleh faham radikal daripada mereka yang belajar ilmu sosial, politik, humanitas, dan filsafat. Dia mengatakan bahwa mahasiswa menjadi target empuk karena mereka secara psikologis sering belajar sesuatu yang baru dan menarik.
Sementara itu, Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang Pater Philipus Tule, SVD mengatakan dalam pertemuannya dengan Presiden Joko Widodo beberapa waktu lalu di Denpasar, Bali, sudah ada penekanan dari kepala negara soal larangan paham radikalisme masuk ke universitas-universitas.
Pater bersyukur Unwira Kupang tidak memiliki mahasiswa atau dosen yang bergabung dengan kelompok radikalisme tersebut. Ia menegaskan, siapa pun mahasiswa atau dosen yang ketahuan bergabung dengan kelompok radikalisme, akan diberi sanksi tegas.
Untuk menangkal masuknya paham radikalimse di Unwira, pihaknya bekerja sama dengan Korem 161/Wirasakti Kupang untuk memberikan pemahamanan tentang nilai-nilai Pancasila agar rasa cinta terhadap Tanah Air semakin ditingkatkan. rk
0 Response to "Kesbangpol: Sejumlah Mahasisa-Dosen di NTT Bergabung dengan Kelompok Radikalisme"
Posting Komentar