Emmanuel Macron menjadi peraih suara terbanyak di putaran pertama Pemilihan Umum Perancis. (REUTERS/Christian Hartmann
RadarRakyat.Info- Emmanuel Macron dan Marine Le Pen dipastikan akan saling berhadapan di putaran kedua pemilihan presiden Perancis pada 7 Mei mendatang. Kedua tokoh ini mendapat suara terbanyak pada hasil penghitungan akhir Kementerian Dalam Negeri Perancis, Senin (24/4) dini hari.
Macron yang menganggap dirinya seorang liberalis, mendapatkan 23,75 persen sementara Le Pen yang merupakan politikus ekstrem kanan 21,53 persen. Sementara dua kandidat populer lain yang tersingkir, yaitu Francois Fillon dan Jean-Luc Melenchon, masing-masing meraih 19,91 persen dan 19,64 persen.
Kemenangan Macron di putaran ini merupakan hal besar mengingat politikus 39 tahun itu sebelumnya tak pernah mengikuti pemilihan umum di tingkat apapun, serta nyaris tak dikenal di Perancis sebelum ia dipilih menjadi Menteri Ekonomi tiga tahun lalu.
Macron yang mengaku tak merapat ke golongan kanan atau kiri itu pun baru membangun gerakan politiknya tahun lalu. Jika terpilih, ia akan Macron akan jadi presiden termuda Perancis dalam sejarah.
Akan tetapi persentase suara Macron merupakan angka terendah pemenang putaran pertama pemilu Perancis dalam 20 tahun terakhir.
Sementara itu, sejak menjadi ketua Partai Front Nasional (FN) pada 2011 silam, Le Pen terus menggaungkan kampanye anti-Uni Eropa dan mendorong Perancis untuk mengikuti tetangganya di utara, Inggris, untuk keluar dari Uni Eropa.
Politikus esktrem kanan ini juga memiliki pandangan keras terhadap Muslim dan kaum imigran. Perempuan berusia 48 tahun ini dipandang sebagai capres yang paling tegas menekankan isu keamanan nasional.
Pilpres putaran pertama berlangsung dalam suasana tegang setelah terjadinya serangan teroris di Paris pada Kamis (20/4) malam.
Pada pukul 17.00 waktu setempat, sebanyak 69,42 persen dari total 47 juta pemilik hak suara di Perancis sudah memberikan suaranya, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Perancis. Keikutsertaan pemilih ini lebih rendah ketimbang pilpres 2012.
Dengan adanya 11 kandidat, seperti diduga, takkan ada yang meraih suara mayoritas mutlak.(detik)
Macron yang menganggap dirinya seorang liberalis, mendapatkan 23,75 persen sementara Le Pen yang merupakan politikus ekstrem kanan 21,53 persen. Sementara dua kandidat populer lain yang tersingkir, yaitu Francois Fillon dan Jean-Luc Melenchon, masing-masing meraih 19,91 persen dan 19,64 persen.
Kemenangan Macron di putaran ini merupakan hal besar mengingat politikus 39 tahun itu sebelumnya tak pernah mengikuti pemilihan umum di tingkat apapun, serta nyaris tak dikenal di Perancis sebelum ia dipilih menjadi Menteri Ekonomi tiga tahun lalu.
Macron yang mengaku tak merapat ke golongan kanan atau kiri itu pun baru membangun gerakan politiknya tahun lalu. Jika terpilih, ia akan Macron akan jadi presiden termuda Perancis dalam sejarah.
Akan tetapi persentase suara Macron merupakan angka terendah pemenang putaran pertama pemilu Perancis dalam 20 tahun terakhir.
Sementara itu, sejak menjadi ketua Partai Front Nasional (FN) pada 2011 silam, Le Pen terus menggaungkan kampanye anti-Uni Eropa dan mendorong Perancis untuk mengikuti tetangganya di utara, Inggris, untuk keluar dari Uni Eropa.
Politikus esktrem kanan ini juga memiliki pandangan keras terhadap Muslim dan kaum imigran. Perempuan berusia 48 tahun ini dipandang sebagai capres yang paling tegas menekankan isu keamanan nasional.
Pilpres putaran pertama berlangsung dalam suasana tegang setelah terjadinya serangan teroris di Paris pada Kamis (20/4) malam.
Pada pukul 17.00 waktu setempat, sebanyak 69,42 persen dari total 47 juta pemilik hak suara di Perancis sudah memberikan suaranya, berdasarkan data Kementerian Dalam Negeri Perancis. Keikutsertaan pemilih ini lebih rendah ketimbang pilpres 2012.
Dengan adanya 11 kandidat, seperti diduga, takkan ada yang meraih suara mayoritas mutlak.(detik)
0 Response to "Hasil Pemilu Perancis: Le Pen dan Macron ke Putaran Dua"
Posting Komentar