Nour (32) bercengkerama dengan putranya Riad (3) di kota Roma, Italia.
Nour adalah bagian dari 12 pengungsi Suriah yang dibawa Paus Fransiskus
ke Italia ketika dia berkunjung ke Pulau Lesbos, Yunani.
RadarRakyat.Info-Setahun lalu Paus Fransiskus memboyong 12 pengungsi Suriah saat dia berkunjung ke Pulau Lesbos, Yunani.
Dari kamp kumuh di salah satu pulau milik Yunani itu, ke-12 pengungsi tersebut langsung dihadapkan pada kehidupan baru di Italia. Bagaimana kehidupan mereka setelah satu tahun tinggal di Italia?
Nour, perempuan Suriah berusia 32 tahun ini, mengingat malam saat Paus Fransiskus datang dan dia mendapatkan kesempatan baru dalam hidupnya.
"Kami tak memiliki banyak waktu untuk berpikir," kata Nour.
Perempuan itu meninggalkan Suriah yang hancur akibat perang bersama suaminya Hassan.
Karena Nour memiliki gelar master dalam ilmu mikrobiologi dari Universitas Montpellier di Perancis, maka negara itu sebenarnya menjadi tujuan Nour dan Hassan.
Italia tak pernah terlintas di pikiran keduanya, tetapi saat Paus Fransiskus menawarkan kehidupan baru itu, mereka dengan cepat menerima.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Yunani setahun lalu itu ditujukan untuk memperlihatkan kepada dunia masib ratusan ribu pengungsi Timur Tengah yang terdampar di pesisir Eropa.
Paus asal Argentina tersebut berulang kali mengecam negara-negara Barat karena dianggap tak berbuat banyak untuk para pengungsi itu.
Apalagi, Paus Fransiskus sudah menjadikan masalah pengungsi ini sebagai salah satu program kepausannya.
Saat itu, Vatikan membiayai tiga keluarga Muslim Suriah untuk dititipkan kepada komunitas Katolik Sant'Egidio yang mengelola "koridor kemanusiaan" dan sudah menampung 700 pengungsi Suriah.
Setibanya di Italia, ke-12 pengungsi itu langsung mendapatkan akomodasi, mendapatkan pelajaran bahasa Italia intensif, dan anak-anak mereka didaftarkan ke sekolah.
Mereka langsung mendapatkan status pengungsi dalam beberapa bulan di Italia dan mulai menikmati hidup yang damai.
"Kami menikmati hidup di sini," kata Nour sambil menatap putranya Rian (3) yang dengan riang menyantap es krim strawberry.(kompas)
Dari kamp kumuh di salah satu pulau milik Yunani itu, ke-12 pengungsi tersebut langsung dihadapkan pada kehidupan baru di Italia. Bagaimana kehidupan mereka setelah satu tahun tinggal di Italia?
Nour, perempuan Suriah berusia 32 tahun ini, mengingat malam saat Paus Fransiskus datang dan dia mendapatkan kesempatan baru dalam hidupnya.
"Kami tak memiliki banyak waktu untuk berpikir," kata Nour.
Perempuan itu meninggalkan Suriah yang hancur akibat perang bersama suaminya Hassan.
Karena Nour memiliki gelar master dalam ilmu mikrobiologi dari Universitas Montpellier di Perancis, maka negara itu sebenarnya menjadi tujuan Nour dan Hassan.
Italia tak pernah terlintas di pikiran keduanya, tetapi saat Paus Fransiskus menawarkan kehidupan baru itu, mereka dengan cepat menerima.
Kunjungan Paus Fransiskus ke Yunani setahun lalu itu ditujukan untuk memperlihatkan kepada dunia masib ratusan ribu pengungsi Timur Tengah yang terdampar di pesisir Eropa.
Paus asal Argentina tersebut berulang kali mengecam negara-negara Barat karena dianggap tak berbuat banyak untuk para pengungsi itu.
Apalagi, Paus Fransiskus sudah menjadikan masalah pengungsi ini sebagai salah satu program kepausannya.
Saat itu, Vatikan membiayai tiga keluarga Muslim Suriah untuk dititipkan kepada komunitas Katolik Sant'Egidio yang mengelola "koridor kemanusiaan" dan sudah menampung 700 pengungsi Suriah.
Setibanya di Italia, ke-12 pengungsi itu langsung mendapatkan akomodasi, mendapatkan pelajaran bahasa Italia intensif, dan anak-anak mereka didaftarkan ke sekolah.
Mereka langsung mendapatkan status pengungsi dalam beberapa bulan di Italia dan mulai menikmati hidup yang damai.
"Kami menikmati hidup di sini," kata Nour sambil menatap putranya Rian (3) yang dengan riang menyantap es krim strawberry.(kompas)
0 Response to "Begini Hidup Pengungsi Suriah yang Dibawa Paus Fransiskus Setahun Lalu"
Posting Komentar