RadarRakyat.Info-Rumitnya kasus Ahok adalah fenomena serius yang akan mengancam kehidupan umat ini di masa depan. Ahok jelas terdakwa kasus penistaan Alquran. Dia pun sudah mengakui bahwa dialah yang berbicara di dalam video saat kunjungan kerjanya di kepulauan seribu 27 September 2016 yang menghebohkan itu. MUI pada 11 Oktober 2016 mengeluarkan pendapat dan sikap keagamaan bahwa yang dilakukan Ahok dalam video tersebut adalah menghina Alquran dan Ulama. Namun Ahok bersikukuh bahwa dia tidak menistakan agama Islam.
Di
pengadilan Ahok dan para penasihat hukumnya terus mencecar para saksi bak
terdakwa dalam rangka menghabisi kredibilitas mereka. Bahkan ini mereka lakukan
kepada KH. Ma’ruf Amien, Ketum MUI dan sekaligus Rais Aam Syuriah PBNU.
Kesalahan fatal tersebut sampai harus membuat tiga jenderal turun tangan ke
Lorong 27 di kawasan Koja Jakarta Utara menemui KH. Ma’ruf Amien untuk me-lobby
agar Kyai mau menerima Ahok, namun ditolak.
Sekalipun
blunder Ahok tetap jumawa. Apalagi presiden Jokowi sempat mengajak Ahok duduk
di mobil RI 1 dan mengajak Ahok ikut menyambut Raja Salman. Sehingga dengan
perolehan 43% dalam pilgub putaran pertama 15 Februari lalu, Ahok dan para
Ahoker yakin bakal bisa mengalahkan Anies dalam pilgub putaran kedua 19 April
nanti.
Apalagi
mereka didukung segala kekuatan negara, partai, taipan, juga kekuatan asing.
Bahkan kabarnya ada aliran dana 1,5 T dari Vatikan untuk memenangkan putaran
kedua. Bila itu benar, tentu ini tidak main-main.
Artinya, apa
yang pernah disinyalir oleh Rhoma Irama menjelang pilgub DKI 2012 lalu patut
kita perhatikan. Yakni nasihat Menteri Kebudayaan Singapura saat ketemu Rhoma
tahun 1974 di Singapura, Datuk Ghazali Ismail, agar hati-hati menjaga Jakarta.
Jangan sampai mengalami nasib tragis seperti Singapura. Tadinya Singapura
negeri muslim, bagian dari Malaysia Tiba-tiba dengan suatu tipu daya Lee Kwan
Yew kaum muslim mendukungnya merdeka sendiri terpisah dari Malaysia dan
akhirnya menjadi negeri non muslim sampai hari ini. Kita harus pertahankan
NKRI. Jangan sampai terjadi kasus perubahan Tumasik menjadi Singapura. Jakarta
jangan sampai menjadi Singapura kedua.
Proyek reklamasi
yang selama ini menjadi andalan para taipan untuk dukung Ahok dan kabar
pemasaran apartemen di pulau-pulau reklamasi sampai ke negeri China adalah
suatu rencana sistematis penguasaan atas kota Jakarta. Dengan persepektif itu
kita bisa melihat apa di balik gerakan kaum China di Jakarta dan apa rencana
mereka atas Indonesia.
Di zaman
Singasari, Kekaisaran China meminta Nusantara sebagai koloni mereka. Namun Raja
Kertanegara dengan tegas menolaknya dengan memotong telinga utusan China,
Mengki. Dan Raden Wijaya, mantu Raja Kertanegara menghabisi pasukan China yang
datang ke tanah Jawa yang hendak menghukum Raja Kertanegara. Raden Wijaya
kemudian mendirikan Kerajaan Majapahit.
Umat Islam
hari ini tentu tidak kalah visi dan ghirahnya terhadap upaya yang mengarah
kepada kolonisasi China ini. Apalagi Indonesia pernah mempertahankan
kemerdekaan dari upaya penjajahan yang ingin kembali mengangkangi bumi pertiwi
ini. Arek-arek Suroboyo di bawah pimpinan Bung Tomo meneriakkan takbir dan
kalimat : Merdeka atau mati! Kyai Maksum Bondowoso menyebut itu merupakan
ringkasan dari kalimat ulama dalam mewajibkan jihad melawan pasukan Sekutu: Isy
kariiman au mut syahiidan!, Hidup mulia atau mati syahid!
Kesadaran
heroik itu hari-hari ini wajib ditanamkan kepada seluruh pemilih DKI Jakarta.
Agar tidak ada lagi umat Islam yang tergoda dengan sekedar ratusan ribu atau
jutaan untuk berikan suara kepada kaum kafir. Masa depan umat, anak cucu kita,
bakal celaka dunia akhirat bila hari ini kita memilih seorang kafir menjadi
pemimpin. Memilih pemimpin kafir adalah kesalahan besar yang sudah jelas
dilarang oleh Allah Swt karena mereka akan membawa kepada neraka (QS. Al
Baqarah 221). Apalagi pemimpin kafir yang sangat arogan, kepada agama dan
ulama, bahkan
mempermainkan QS. Al Maidah 51. Allah Swt melarang mereka berkuasa atas umat karena akan membinasakan umat (QS. An Nisa 141). Dan penyesalan yang tiada akhir di neraka nanti bagi umat yang begitu mudah ditipu untuk memilih pemimpin kafir (QS. Al Baqarah 166-167). Catatan sejarah tentang Singapura, Manila dan Philipina, serta Andalusia tak mungkin dihapus.
mempermainkan QS. Al Maidah 51. Allah Swt melarang mereka berkuasa atas umat karena akan membinasakan umat (QS. An Nisa 141). Dan penyesalan yang tiada akhir di neraka nanti bagi umat yang begitu mudah ditipu untuk memilih pemimpin kafir (QS. Al Baqarah 166-167). Catatan sejarah tentang Singapura, Manila dan Philipina, serta Andalusia tak mungkin dihapus.
Kalau umat
lalai, dan bebal tidak mau dengar kata ulama, tidak mau lagi mengindahkan
peringatan Alquran, lebih memuja hawa nafsu mereka, maka jatuhnya Jakarta
kepada rezim yang terkooptasi oleh kekuasaan asing dan aseng tinggal selangkah.
Skenario mereka jelas. Ahok dibebaskan dari dakwaan penista agama. Lalu pilkada
dibuat menang mutlak. Lalu mereka yang selama ini vokal menolak Ahok demi
menjaga kedaulatan NKRI dan kedaulatan syariat Allah di bumi pertiwi ini akan
segera ditangkapi dengan pasal makar. Rezim akan semakin represif untuk
menakut-nakuti rakyat. Para ulama yang vokal pun akan segera dieliminir dengan
sertifikasi ulama. Para khatib Jumat pun akan dibatasi dengan hanya boleh
membacakan teks khutbah keluaran rezim represif seperti di Singapura yang
memperalat MUI Singapura.
Na’udzubillah!
Itu semua harus digagalkan, apapun caranya! Jakarta tidak boleh jatuh ke tangan
Ahok, apalagi jadi jajahan China! Wallahu khairun haafizha wahuwa Arhamur
Raahimiin!
Jakarta, 8
Maret 2017
Muhammad Al
Khaththath
Sekjen FUI
0 Response to "Jakarta tidak Boleh Jatuh ke Tangan Ahok, Apalagi Jadi Jajahan China!"
Posting Komentar