RadarRakyat.Info-Sepanjang hari ini perhatian publik tersedot pada peristiwa jabat tangan Raja Salman bin Abdul Aziz dan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) di Bandara Halim Perdana Kusuma, Jakarta. Foto keduanya viral. Para pendukung Ahok melonjak kegirangan dengan hal ini.
Mereka
merasa telah memenangkan perang melawan Habib Rizieq dan ulama lainnya. Raja
Salman berkenan salaman dengan Ahok yang justru menjadi "lawan" Habib
Rizieq dan kawan-kawan. Jabat tangan keduanya menjadi alat politisasi massif
bagi Ahok. Kharisma, keilmuan, kekuasaan, dan kekayaan Raja Salman dijadikan
mesin propaganda efektif untuk menaikkan citra Ahok di mata para pemilih
muslim.
Tapi
ingatkah kita dengan peristiwa September 2016? Saat itu ada video seorang
mahasiswa UI bernama Boby Febri Krisdiyanto yang berorasi di depan Gedung UI.
Isinya menolak Ahok jadi gubernur karena kafir.
Ahok
mencak-mencak. Ia menilai Boby sudah menyimpang dari Pancasila dan
Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945. Padahal anggaran negara
disusun juga berdasarkan Pancasila dan UUD 1945, dan UI memakai anggaran negara
untuk menjalankan aktivitasnya. Tak semestinya anggaran negara digunakan untuk
membiayai orang yang rasis.
"Bila
perlu dia pindah ke Timur Tengah kalau dia pindah partai politik yang untuk mau
menumbangkan Pancasila. Silakan," kata Ahok seperti dikutip dari detik.com
Pernyataan
Ahok ini tentu saja sangat tendensius dan bahkan rasis. Timur Tengah yang
dimaksud Ahok tentu saja Arab. Dan ketika Ahok menyuruh Boby pindah ke sana,
artinya di Timur Tengah atau Arab merupakan tempat yang cocok untuk orang-orang
yang menurut Ahok rasis dan mudah mengkafirkan orang.
Bukankah ini
sebuah pelecehan terhadap Bangsa Arab?
Enam bulan
kemudian, Ahok terlihat begitu sumringah saat berjabat tangan dengan salah satu
raja di Timur Tengah yakni Raja Salman. Dulu menghina...dan kini memanfaatkan
orang Arab untuk keuntungan politiknya. Itulah Ahok dan pendukungnya. (in)
0 Response to "Heboh Salaman, Pura Pura Lupa Ya Enam Bulan Lalu Ahok Hina Arab"
Posting Komentar